Cuaca panas menyengat kulit selepas keluar dari ruangan ber-AC di Svarna Grill. Resto ini semakin ramai ketika jam satu siang—tepat ketika makan siang. Di pelataran parkir Saguna memanggilku dan mengejarku hingga kami berdiri berhadapan. Lucunya, dia yang setengah berlari ke arahku, justru jantungku yang berdebar disertai nafas pendek-pendek. Apakah ada semacam gelombang tak kasat mata terpasang di resto ini, batinku. Ia tiba tepat di depanku. "Aku minta tolong!" katanya, "bisa telepon nomorku. Sepertinya aku meninggalkan ponselku di suatu tempat." Aku mengiyakan karena memang ia tampak kebingungan. "Tunggu sebentar ya!" Aku mengeluarkan ponselku, " berapa nomormu?" tanyaku dan ia menyebutkan angka-angka sementara aku memencet nomor yang ia sebutkan. Aku bisa mendengar getar ponsel tak jauh dari tempat kami berdiri. Ia celingukan memeriksa dari mana asal bunyi itu. Aku sedikit mencondongkan tubuhku ke arahnya, dan bisa merasakan bunyi getar